Pengakuan Nahkoda Kapal Sinar Bangun: Saya Tak Bisa Lagi Mengendalikan Setir



TENGGELAMNYA Kapal Motor (KM) Sinar Bangun di Danau Toba, pada Senin (18/6/2018) tentu saja menyisakan duka mendalam, terlebih bagi keluarga korban.

Pencarian penumpang yang hilang hingga kini masih dilakukan. Hingga kini baru tiga orang yang dipastikan tewas. Diperkirakan lebih dari 180 orang lagi yang hilang.

Ada 22 orang yang selamat dalam peristiwa tersebut. Satu di antara yang selamat itu adalah PSS, yang merupakan nahkoda KM Sinar Bangun. Dia juga jadi saksi kunci kasus ini.

PSS menceritakan bagaimana kronologis tenggelamnya kapal oleng hingga akhirnya tenggelam di Danau Toba.

Dia mengatakan kapal berangkat pukul 16.50 dari Simalungun. Tampak ombak-ombak kecil, tapi tak begitu diperhatikan.

Setelah sekitar 30 menit ada angin kencang yang mendorong kapal. “Sehingga saya tak bisa lagi mengendalikan setir, kemudian kapal terbalik," terang pria itu dikutip dari wawancara Metro TV.

Dia mengaku sempat terjebak di dalam kapal. Dia berusaha keluar bersama sejumlah orang dari dalam kapal yang telah terbalik.

Baca: Kapal Tenggelam di Danau Toba, Kapolri Tetapkan Pejabat dan Nahkoda Jadi Tersangka

"Saat itu saya bertahan di dalam air. Saya bisa berenang, karena nahkoda rata-rata pengalaman berenang. Saya cari celah buat keluar dari pintu kemudi," beber PSS.

Saat mencari jalan alternatif untuk menyelematkan diri tersebut, PSS melihat ada celah sinar. Itu ternyata kaca. "Ternyata kaca, saya pecahkan kaca," ungkapnya.

Sampai di atas kapal, dia melihat kapal telah terbalik dan banyak penumpang berenang berusaha menyelamatkan diri. Pada saat yang sama, kapal berlahan tenggelam.

"Kami masing-masing menyelamatkan diri. Kami tidak sempat membagikan pelampung,” ujar pria marga Sagala itu. “Ada sekitar 80 pelampung di dalam kapal," tambahnya.

Baca Juga: 




Comments