- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
HIDUP penuh lika-liku. Banyak hal tak terduga yang terjadi dalam kehidupan. Tak jarang yang terjadi merupakan sebuah beban yang berat, dan pilihan-pilihan yang sulit.
Seperti yang dialami oleh Izhak (22), pemuda asal Polewali Mandar Sulawesi Barat ini. Dia harus memilih melanjutkan kuliahnya sebagai mahasiswa dengan beasiswa bidik misi di Teknik Kimia ITB, atau pulang kampung merawat adik.
Pemuda asal Dusun Tojang, Desa Pasiang, Kecamatan Matakali itu akhirnya rela meninggalkan bangku kuliahnya. Dia memilih pulang kampung demi menghidupi sembilan adiknya.
Kisah Muhammad Izhak (22) mahasiswa cerdas itu kini viral di media sosial sejak Andi Syura Muhlis mengunggah foto dan video Izhak, 13 Desember 2017 yang lalu.
Meski meraih beasiswa bidikmisi di ITB, Izhak memutuskan berhenti kuliah. Dia pulang ke Sulawesi setelah mendapat kabar ibunya bernama Samiah, terbaring sakit. Dia memutuskan pulang untuk merawat orangtuanya.
Tuhan menakdirkan lain. Ibundanya meninggal 13 Februari 2017 karena menderita tumor. Tidak sampai di situ, Ilyas, ayah pemuda itu, meninggal dunia juga pada 22 November 2017.
Setelah ditinggal kedua orangtuanya, sebagai anak sulung Izhak yang jadi tulang punggung keluarga. Sepeninggal ayahnya, tidak ada lagi yang menafkahi mereka.
Adik bungsu Izhak yang bernama Muhammad Khaerul bahkan kini baru berusia 19 bulan. Izhak harus mengambil alih tugas merawat adik-adiknya itu, termasuk juga memikirkan biaya sekolah untuk tujuh orang adiknya.
Beruntung, ada adik keduanya bernama Aslan (19). Dia yang membantu pekerjaan sehari-hari menyadap enau untuk membuat gula merah. Itu menjadi tumpuan hidupnya.
Izhak mengatakan kisahnya boleh ditulis JawaPos.com. Saat dimintai konfirmasi, dia membetulkan penulisan namanya, Muh Izhak, bukan Ishak seperti yang viral beberapa hari ini.
"Tapi jangan ditambah-tambah bahwa saya tidak menerima bantuan dari pemerintah. Saya tetap terima bantuan dari pemerintah. Ada program keluarga harapan (PHK). Adik-adik saya sekolah juga terima dari program pemerintah dari Kartu Indonesia Pintar," ujarnya.
Dia menambahkan memang penerima beasiswa bidik misi pada 2013. Dia mengambil studi di Teknik Kimia ITB, namun kandas di tengah jalan, demi tanggung jawab. "Saya mundur hampir dua tahun lalu, yaitu pada 2016," jelasnya.
Sehari-hari, alumni SMAN 3 Polewali itu mengandalkan penghasilan dari menyadap enau bersama adik keduanya. "Aslan putus sekolah sejak kelas IV SD. Sekarang usianya 19 tahun. Penghasilan dari gula merah itu cukup," terangnya.
Adiknya yang lain semua masih sekolah. Dia juga memikirkan mencari pekerjaan tambahan agar mengurangi beban membiayai adik-adiknya. "Ada yang kuliah satu orang di STAIN Parepare. Yang lain mulai dari TKS sampai MTs," ujarnya.
Dia masih berharap kelak bisa kembali melanjutkan kuliah. Namun itu akan dia lakukan setelah ada yang menjaga adik bungsunya, yang masih sangat kecil itu. (sumber: jawapos/grid/facebook)
Seperti yang dialami oleh Izhak (22), pemuda asal Polewali Mandar Sulawesi Barat ini. Dia harus memilih melanjutkan kuliahnya sebagai mahasiswa dengan beasiswa bidik misi di Teknik Kimia ITB, atau pulang kampung merawat adik.
![]() |
Izhak sedang gendong adik bungsunya (foto: facebook) |
Pemuda asal Dusun Tojang, Desa Pasiang, Kecamatan Matakali itu akhirnya rela meninggalkan bangku kuliahnya. Dia memilih pulang kampung demi menghidupi sembilan adiknya.
Kisah Muhammad Izhak (22) mahasiswa cerdas itu kini viral di media sosial sejak Andi Syura Muhlis mengunggah foto dan video Izhak, 13 Desember 2017 yang lalu.
Meski meraih beasiswa bidikmisi di ITB, Izhak memutuskan berhenti kuliah. Dia pulang ke Sulawesi setelah mendapat kabar ibunya bernama Samiah, terbaring sakit. Dia memutuskan pulang untuk merawat orangtuanya.
Tuhan menakdirkan lain. Ibundanya meninggal 13 Februari 2017 karena menderita tumor. Tidak sampai di situ, Ilyas, ayah pemuda itu, meninggal dunia juga pada 22 November 2017.
Setelah ditinggal kedua orangtuanya, sebagai anak sulung Izhak yang jadi tulang punggung keluarga. Sepeninggal ayahnya, tidak ada lagi yang menafkahi mereka.
Adik bungsu Izhak yang bernama Muhammad Khaerul bahkan kini baru berusia 19 bulan. Izhak harus mengambil alih tugas merawat adik-adiknya itu, termasuk juga memikirkan biaya sekolah untuk tujuh orang adiknya.
Beruntung, ada adik keduanya bernama Aslan (19). Dia yang membantu pekerjaan sehari-hari menyadap enau untuk membuat gula merah. Itu menjadi tumpuan hidupnya.
Izhak mengatakan kisahnya boleh ditulis JawaPos.com. Saat dimintai konfirmasi, dia membetulkan penulisan namanya, Muh Izhak, bukan Ishak seperti yang viral beberapa hari ini.
"Tapi jangan ditambah-tambah bahwa saya tidak menerima bantuan dari pemerintah. Saya tetap terima bantuan dari pemerintah. Ada program keluarga harapan (PHK). Adik-adik saya sekolah juga terima dari program pemerintah dari Kartu Indonesia Pintar," ujarnya.
Dia menambahkan memang penerima beasiswa bidik misi pada 2013. Dia mengambil studi di Teknik Kimia ITB, namun kandas di tengah jalan, demi tanggung jawab. "Saya mundur hampir dua tahun lalu, yaitu pada 2016," jelasnya.
Sehari-hari, alumni SMAN 3 Polewali itu mengandalkan penghasilan dari menyadap enau bersama adik keduanya. "Aslan putus sekolah sejak kelas IV SD. Sekarang usianya 19 tahun. Penghasilan dari gula merah itu cukup," terangnya.
Adiknya yang lain semua masih sekolah. Dia juga memikirkan mencari pekerjaan tambahan agar mengurangi beban membiayai adik-adiknya. "Ada yang kuliah satu orang di STAIN Parepare. Yang lain mulai dari TKS sampai MTs," ujarnya.
Dia masih berharap kelak bisa kembali melanjutkan kuliah. Namun itu akan dia lakukan setelah ada yang menjaga adik bungsunya, yang masih sangat kecil itu. (sumber: jawapos/grid/facebook)
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment