- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
![]() |
Setya Novanto berjalan keluar dari gedung KPK Jakarta usai menjalani pemeriksaan, Selasa (21/11/2017). (FOTO: TRIBUNNEWS/HERUDIN |
KETUA lembaga legislatif (DPR) dijabat oleh seorang tersangka korupsi. Mungkin ini hanya ada di Indonesia. Sulit mencari hal yang sama di negara-negara yang menganut paham demokrasi.
Di negera lain, saat seorang pejabat negara ditetapkan tersangka korupsi, maka pejabat tersebut biasanya akan langsung menyampaikan pengunduran diri. Mereka punya rasa malu, dan tak ingin melukai terlalu jauh institusi tempatnya berada.
Namun tidak di negara ini. Ketua DPR Setya Novanto masih bersikukuh pertahankan posisinya, walau sudah jadi tersangka korupsi, bahkan menginap di sel tahanan.
Dikutip dari portal berita Kompas, Setya Novanto secara jelas menunjukkan sikap masih enggan melepaskan jabatan sebagai pucuk pimpinan di DPR. Hal itu terlihat pada surat yang dia kirimkan pada Selasa (21/11/2017).
Ketua Umum Partai Golkar itu berkirim surat ke Pimpinan DPR. Isinya, pria yang konon kabarnya punya benjolan sebesar bakpao di kening itu, meminta Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) tidak menggelar rapat terkait dugaan pelanggaran etik yang dilakukannya.
Fahri Hamzah yang merupakan Wakil Ketua DPR, juga mengaku telah menerima surat itu. Fahri yang terkenal mendukung Novanto itu, menyebut surat diantar oleh pengacara pria yang pernah tersandung kasus papa minta saham tersebut.
Sesungguhnya, Novanto bisa diperiksa oleh MKD, atas dugaan pelanggaran sumpah atau janji jabatan. Hasil pemeriksaan MKD bisa menjadi pertimbangan di rapat paripurna, untuk kemudian mencopot Novanto dan menggantikan dengan Ketua DPR yang baur, yang bebas dari tuduhan KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).
DPR sebagai sebuah institusi seperti tak berdaya menghadapi Setya Novanto. Hal yang sama juga terjadi pada Partai Golkar, yang sepertinya sangat takut kepada Setya Novanto.
Harusnya Fraksi Partai Golkar juga getol menyuarakan Novanto diganti, bila memang ingin menunjukkan sebagai partai yang anti korupsi. Namun yang terjadi justru sebaliknya, partai tersebut lebih mimilih diam.
Inilah negeri kita, negeri yang sejumlah pejabatnya tak punya jiwa ksatria, tak rela melepas jabatan, tak mundur walau didesak publik, merasa sebagai superman, dan tak punya rasa malu. Ya, alangkah lucunya negeri ini. (*)
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment