Godaan Perempuan Muda di Lokalisasi Pucuk Jambi, Telah Ditutup Tapi Buka Lagi (Bagian-2)

PSK dari Payo Sigadung dipulangkan ke kampung asalnya, saat penutupan lokalisasi itu tiga tahun lalu.

PEREMPUAN yang menjajakan kenikmatan duniawi di Lokalisasi Payo Sigadung, Kota Jambi,  banyak yang masih muda, dan banyak pula yang sudah di atas usia 30 tahun. Mereka umumnya berasal dari luar Kota Jambi. Mayoritas dari Pulau Jawa.

Kami berhenti di sebuah kafe yang relatif sepi. Tujuannya melakukan wawancara tertutup dengan PKS di kafe itu, dengan menyamar sebagai pelanggan. Ada lima orang perempuan di sana, semuanya pakai pakaian seksi.

Mereka cukup ramah. Kami diminta untuk memilih di antara mereka yang saat itu duduk di depan, akan menemani minum di dalam kafe. "Pilih aja dulu bang siapa ceweknya," kata seorang yang berkacamata.

Akhirnya kami memilih dua orang yang kelihatannya lebih muda. Mereka yang telah dipilih, sebut saja Bunga dan Melati langsung mengajak duduk di atas sofa yang ada di kafe itu. Ada satu meja yang jadi teman sofa yang tak lagi masuk kategori bagus tersebut.

Sepasang bir dihidangkan di hadapan kami dan empat gelas. "Ayo diminum," kata Melati usai menuangkan isi dari botol ke dalam gelas. Dia juga ikut serta minum bir tersebut, dan Bunga juga.

Sembari minum dan berbasa-basi, cerita yang ingin digali mulai ditanyakan secara halus kepada mereka. Bunga dengan gamblang menceritakan kehidupan di sana, di lokalisasi yang sebenarnya sudah ditutup tiga tahun lalu itu.

Bunga dan Melati berasal dari daerah yang sama di sebuah wilayah di Jawa Barat. Mereka berdua hadir di Pucuk baru sekitar setahun. "Diajak teman. Dia sudah duluan di sini," kata Bunga.

Diakuinya sejak awal sudah tahu akan menjadi PSK saat di Jambi. Dia juga sudah siap dengan konsekuensi itu, walau dulu pekerjaannya bukanlah PSK di Jawa Barat. "Dulu kerja pabrik," ucap Bunga.

Ketertarikannya menjadi PSK karena sudah bosan hidup dalam kemiskinan. Dia juga beberapa waktu sebelumnya baru cerai dari suaminya. Keinginan jauh dari kemiskinan dan bayang-bayang suami, membuat dia menerima tawaran itu. Dia ingin mendapatkan uang banyak.

Sementara Melati, mengaku dirinya kerja di tempat hiburan sebelum ke Jambi. "Dulu juga saya kerjanya gini. Tapi udah bosan di sana," ungkapnya. Motivasinya ingin suasana baru dan harapan bisa mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

Diakui Melati, tarif di Kota Jambi lebih tinggj dibandingkan di tempatnya yang sebelumnya. Hanya saja tamu yang dia dapat tak cukup banyak. "Kadang satu hari gak ada sama sekali," ucapnya.

Melati mengaku sebagai seorang janda dengan dua orang anak. Dia nikah saat usia masih 17 tahun. Saat itu dia belum tamat SMA. Dia menikah dengan pria satu kampungnya.

Hanha saja pernikahan itu tidak langgeng. Pernikahan tidak seindah yang dia bayangkan. "Cuma bertahan 4 tahun," ucap Melati. Dia kini sudah tiga tahun hidup menjanda. Menurutnya saat ini sangat menikmati kondisinya yang demikian.

"Lebih baik sendiri daripada punya suami tapi bikin pusing," jelasnya. Bagaimana Mereka Agar Terhindar dari Razia? Simak di Bagian 3. (*)

BACA JUGA.
Godaan Perempuan Muda di Lokalisasi Pucuk Jambi, Telah Ditutup Tapi Buka Lagi (Bagian-1)

Viral, Video Guru Bagaikan Petinju, Pukuli Dua Siswa SMP Membabibuta hingga Pingsan

Video Penganiayaan Siswa yang Viral Diduga Terjadi di Pontianak, Bukan Bangka Belitung

Comments