- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
![]() |
Kiri: Salah satu sudut di Payo Sigadung, Kanan: PSK Payo Sigadung saat demo menolak penutupan |
Oleh Adrian Gabe, Koresponden GenMils
PEKAN Ketiga Oktober 2017, saya berkesempatan untuk mengunjungi lokalisasi Pucuk di Kota Jambi yang sudah ditutup oleh pemerintah setempat beberapa tahun lalu. Pada saat itu penutupannya disertai dengan penyerahan kompensasi bagi para PSK di sana, yang dominan berasal dari Pulau Jawa.
Setelah beberapa tahun ditutup, terpikirkan untuk melihat bagaimana kondisinya saat ini. Apa benar lokalisasi itu seperti yang direncanakan dulu, akan menjadi islamic center sudah terealisasi?
Lokalisasi Payo Sigadung, atau yang lebih tenar dengan sebutan Pucuk, berada tepat di jantung Kota Jambi. Lokalisasi ini dikelilingi pemukiman penduduk.
Bila mengendarai sepeda motor atau mobil, hanya butuh waktu tidak lebih dari 20 menit bila kita datang dari Komplek Perkantoran Pemerintah Kota Jambi, atau 10 menit dari komplek Perkantoran Pemerintah Provinsi Jambi.
Pada saat masuk ke lokalisasi itu, beberapa pria berbadan tegap sudah berada di pos. Mereka langsung menghadang pengunjung. Tujuannya ternyata bukan menyuruh pulang atau menanyakan kepentingannya apa, melainkan hanya meminta uang parkir.
Cukup membayar Rp 5.000, pengunjung sudah bisa langsung masuk ke lokalisasi itu. Perjalanan selanjutnya adalah mengelilingi setiap gang yang ada di sana.
Ada banyak rumah yang disulap menjadi mirip seperti cafe. Perempuan muda duduk dengan pakaian seksi di depan setiap kafe tersebut. Celananya sangat pendek, dan bajunya juga sangat minim, seperti kurang bahan.
Mereka mencoba merayu siapa saja yang datang ke sana. "Hai abang ganteng, mampir sini!" ajak seorang perempuan berkaos putih celana hitam, pada kafe yang pertama kali ditemui saat masuk, berjarak sekitar 10 meter dari pos jaga.
Hal yang sama juga dilakukan oleh perempuan lainnya yang ditemui di setiap kafe. Mereka berusaha merayu, bahkan dengan kata-kata yang vulgar.
Kafe di lokalisasi ini sangat rapat. Lebih dari 100 kafe yang ada di dalamnya. Setiap kafe dihuni lebih dari dua orang perempuan muda, bahkan ada yang terlihat hingga enam orang di satu kafe.
Kondisi ini membuat saya mengambil kesimpulan bahwa lokalisasi ini belumlah sepenuhnya tutup. Lokalisasi ini masih beraktivitas seperti sediakala. Mungkin hanya beberapa saat setelah ditutup pemerintah kota saja lokalisasi ini tutup, lalu setelah itu kembali bergelora seperti sediakala.
"Bedanya dulu dengan sekarang, kalau dulu bunyi musiknya sangat kuat, kalau sekarang sudah nggak gitu lagi. Perempuan yang disini juga sudah berkurang," kata seorang teman yang memandu ke lokasi tersebut.
Kami akhirnya mampir di sebuah kafe untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai bagaimana praktik di sana berlangsung. Ingin mendengar pengakuan dari mulut para perempuan muda itu, yang ditenggarai sebagai PSK atau pelacur.
Bagaimana pengakuan para perempuan itu? Apakah mereka PSK yang dulu mangkal di sana sebelum ditutup, ataukah pendatang baru? Simak di Bagian-2, terbit Rabu 1 November 2017.
Like dan Follow Fanpage Facebook @generasimillenial Untuk Update Informasi Terkini
Baca Juga:
Mahasiwa Mencoba Bunuh Bayi Yang Baru Dilahirkan di Tempat Kos
Hajjah Oneng Pakai Perhiasan Emas Hingga Lebih 1 Kilo, Dia Ngaku Pelacur
Lelaki Biadab, Tega Menganiaya Perempuan SMA Yang Tolak Cintanya
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment