Emas Setipis Daun Serai dan Latahnya Dunia Media Sosial

Windra Simangunsong dan Tika Siregar (Foto: Facebook)

POSTINGAN hal-hal yang unik di media sosial akan menyebar dengan cepat bagaikan serangan virus.

Keunikan kisah yang dibagikan Tika Romauli Siregar di akun facebook pula yang membuat kisah itu mendadak jadi viral di media sosial.

Tika memosting kisah sedihnya di facebook, tentang batalnya menikahi kekasihnya, Windra Samuel Simangunsong. Penyebabnya menurut Tika dalam postingan itu, secara tersirat menyebut calon mertuanya matre.

Pasangan kekasih ini sudah mengikat janji pranikah atau bertunangan (martuppol) di gereja  Tika memilih batalkan pernikahan tersebut, karena tersinggung dengan chattingan dari calon ibu mertuanya, yang dianggapnya telah menghina dirinya dan keluarganya.

Ada satu kalimat yang paling mengena di hati netizen, yakni 'emas yang kau pakai setipis daun sangge-sangge'.

Sangge-sangge berasal dari bahasa batak, yang berarti serai. Daun sangge-sangge berarti daun serai. Emas setipis daun sangg-sangge menunjukkan makna emas yang sangat tipis sekali.

Hingga kini masih menjadi perdebatan tentang siapa sebenarnya yang jadi teman chatting Tika Romauli, apakah benar calon mertuanya, atau justru orang lain.

Bisa jadi ada rekayasa, bisa jadi pula ada orang lain yang mengambil ponsel calon mertua lalu chatting dengan Tika.

Bisa jadi pula calon suaminya yang menggunakan akun whatsapp Ibu Simanjuntak bukan? Semua potensi itu ada. Ini bukan tuduhan, tapi menunjukkan bagaimana era digital yang kita jalani saat ini.

Namun apapun itu, siapapun yang chatting dengan Tika, yang jelas sudah terlanjur ada cap buruk untuk Ibu Simanjuntak, calon mertua dari Tika. Ibu Simanjuntak dicap sebagai orang tak benar, korban sinetron, atau yang lainnya.

Saya tak bisa bayangkan bagaimana Ibu Simanjuntak melihat kecaman yang begitu deras padanya. Tak terbayang seandainya chattingan itu bukan dari dirinya, tapi dia dicap sangat jelek di dunia maya, dan di dunia nyata.

Hancur sudah, luluh lantak, entah dimana muka akan disimpan. Entah bagaimana dia akan menghadapi orang-orang yang disekitarnya. Entah bagaimana pula keluarganya menghadapi kenyataan ini.

Seandainya pun dia memang melakukan chatting yang sangat menghina itu, apakah pantas hubungan antar personal menjadi konsumsi publik? Harusnya itu hanya antara dia dengan calon menantunya atau keluarga calon menantu, bukan dengan orang lain.

Tulisan ini bukan mau menghakimi siapa yang salah. Tulisan ini cuma sekadar mengingatkan kepada diri kita masing-masing, betapa kehidupan di media sosial sangat kejam.

Bukan media sosialnya yang salah, tapi betapa latahnya kita bermain dalam media sosial. Banyak yang menyimpulkan dengan mudahnya, tanpa tahu bagaimana fakta sebenarnya. Banyak yang menghakimi tanpa pernah memberikan kesempatan kepada 'tersangka' membela diri'.

Banyak pengguna sosial menjadi hakim, sehingga dengan mudahnya menjatuhkan vonis bersalah kepada orang-orang tertentu.

Viralnya status facebook Tika Siregar dan cap buruk untuk Ibu Simanjuntak atas chatting Emas Setipis Daun Sangge-Sangge, kiranya jadi pelajaran berharga. Hubungan personal kiranya tak dibawa ke ranah publik, jangan diumbar di media sosial. (*)

Comments