- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) cukup lihai membaca peta politik Sumatera Utara. Isu Suku, Ras, Agama, dan Antargolongan (SARA) yang gencar digerakkan oknum tertentu sejak dimulainya tahapan Pilkada, direspon dengan baik oleh PDI Perjuangan.
PDI Perjuangan memilih menghadirkan Djarot Saiful Hidayat ke gelanggang Pilkada Sumut agar bisa terlepas dari sejumlah isu SARA itu.
Sulit mengalahkan Djarot bila isu SARA yang dimainkan. Justru Djarot akan menang bila isu SARA terus dihembuskan.
Tak ayal, mereka yang selama ini memainkan isu SARA merasa tertampar dengan hadirnya Djarot. Mereka sebelumnya memprediksi PDI Perjuangan akan hadirkan tokoh Batak dalam Pilkada Sumut, seperti Efendi Simbolon dan Maruarar Sirait.
Dua tokoh ini sangat mudah dikandaskan dengan isu SARA. Terlebih isu agama bila digaungkan seperti di Pilkada DKI, dua tokoh ini akan mudah dikalahkan. Agama yang dianut oleh tokoh ini bukan agama mayoritas di Sumatera Utara.
Namun tebakan mereka meleset. PDI perjuangan justru menghadirkan sosok yang justru makin kuat bila isu SARA digelontorkan.
Apalagi Djarot merupakan sosok yang memiliki popularitas tinggi berkat Pilkada DKI Jakarta. Selain itu dia juga sosok yang hingga kini masih dianggap bersih.
Mengapa Djarot sulit dikalahkan dengan isu SARA? Pertama dia berasal dari etnis Jawa. Perlu diketahui, penduduk Sumatera Utara 32,62 persen adalah suku Jawa.
Selain itu Djarot juga seorang muslim. Di Sumatera Utara, agama Islam dianut oleh mayoritas penduduknya, yakni 63,91 persen.
Djarot juga cukup diterima di kalangan nonmuslim. Dia dulu berpasangan dengan Ahok yang merupakan nonmuslim di Pilkada DKI Jakarta. Partai yang mengusungnya juga dikenal sebagai partai yang nasionalis, tak membedakan sosok atas dasar agama dan suku.
Setelah Djarot muncul, yang kini justru digaungkan oleh penggaung isu SARA itu adalah isu penduduk asli. Djarot memang bukanlah penduduk asli Sumatera Utara. Tapi calon wakilnya kelak dipastikan akan berasal dari warga asli Sumatera Utara.
Isu penduduk asli ini bakal sulit untuk dimainkan oleh lawan politik Djarot. Mengapa? Sebab sebelumnya dua pemimpin dari penduduk asli malah menjadi terpidana korupsi. Tidak ada jaminan penduduk asli akan membawa perubahan lebih baik.
Warga Sumut juga bukan warga yang bodoh. Warga Sumut adalah warga yang cerdas, yang ingin memilih pemimpin yang memang diyakini bisa membuat kesejahteraannya membaik.
PDI Perjuangan memilih menghadirkan Djarot Saiful Hidayat ke gelanggang Pilkada Sumut agar bisa terlepas dari sejumlah isu SARA itu.
![]() |
Djarot Saiful Hidayat (Foto: Tirto) |
Sulit mengalahkan Djarot bila isu SARA yang dimainkan. Justru Djarot akan menang bila isu SARA terus dihembuskan.
Tak ayal, mereka yang selama ini memainkan isu SARA merasa tertampar dengan hadirnya Djarot. Mereka sebelumnya memprediksi PDI Perjuangan akan hadirkan tokoh Batak dalam Pilkada Sumut, seperti Efendi Simbolon dan Maruarar Sirait.
Dua tokoh ini sangat mudah dikandaskan dengan isu SARA. Terlebih isu agama bila digaungkan seperti di Pilkada DKI, dua tokoh ini akan mudah dikalahkan. Agama yang dianut oleh tokoh ini bukan agama mayoritas di Sumatera Utara.
Namun tebakan mereka meleset. PDI perjuangan justru menghadirkan sosok yang justru makin kuat bila isu SARA digelontorkan.
Apalagi Djarot merupakan sosok yang memiliki popularitas tinggi berkat Pilkada DKI Jakarta. Selain itu dia juga sosok yang hingga kini masih dianggap bersih.
Mengapa Djarot sulit dikalahkan dengan isu SARA? Pertama dia berasal dari etnis Jawa. Perlu diketahui, penduduk Sumatera Utara 32,62 persen adalah suku Jawa.
Selain itu Djarot juga seorang muslim. Di Sumatera Utara, agama Islam dianut oleh mayoritas penduduknya, yakni 63,91 persen.
Djarot juga cukup diterima di kalangan nonmuslim. Dia dulu berpasangan dengan Ahok yang merupakan nonmuslim di Pilkada DKI Jakarta. Partai yang mengusungnya juga dikenal sebagai partai yang nasionalis, tak membedakan sosok atas dasar agama dan suku.
Setelah Djarot muncul, yang kini justru digaungkan oleh penggaung isu SARA itu adalah isu penduduk asli. Djarot memang bukanlah penduduk asli Sumatera Utara. Tapi calon wakilnya kelak dipastikan akan berasal dari warga asli Sumatera Utara.
Isu penduduk asli ini bakal sulit untuk dimainkan oleh lawan politik Djarot. Mengapa? Sebab sebelumnya dua pemimpin dari penduduk asli malah menjadi terpidana korupsi. Tidak ada jaminan penduduk asli akan membawa perubahan lebih baik.
Warga Sumut juga bukan warga yang bodoh. Warga Sumut adalah warga yang cerdas, yang ingin memilih pemimpin yang memang diyakini bisa membuat kesejahteraannya membaik.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment