Hari Pahlawan: Pria Jepang Berdarah Korea Mati Berjuang Demi Indonesia

Yang Chil Seong saat ditangkap Belanda. (foto: gahetna)
PARA koruptor dan perusak negeri ini layak untuk malu pada Aoki, Hasegawa, dan Yang Chil Seong alias Tanagawa. Mereka bertiga bukan orang Indonesia, tapi rela mati demi mewujudkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Ketiganya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Garut, Kecamatan Tarogong Kidul. Ini merupakan tempat peristirahatan terakhir para pejuang Indonesia.

Mereka bertiga merupakan orang asing yang turut menghalau tentara Belanda pada agresi militer Belanda kedua, tepatnya tahun 1948.

Yang Chil Seong merupakan tentara Jepang berdara Korea. Dia merupakan prajurit yang mahir merakit bom. Dua rekannya, Aoki dan Hasegawa adalah ahli strategi perang.

Dikutip dari wikipedia, Yang Chil Seong lahir 29 Mei 1919 di Kabupaten Wanju, Provinsi Jeolla. Pada awalnya ia ditugaskan pemerintah kolonial Jepang sebagai penjaga tawanan tentara sekutu di Bandung, tahun 1942. Saat itu baik Korea dan Indonesia sedang dijajah Jepang.

Setelah Indonesia dan Korea merdeka pada tahun 1945, Yang Chil Seong tidak kembali ke Korea. Dia memilih tetap tinggal di Indonesia.

Ketiganya bergabung berjuang bersama rakyat Indonesia, setelah Jepang menarik pasukan dari Indonesia. Mereka begitu tersentuh melihat pejuang Indonesia kala itu untuk mendirikan negara yang berdaulat.



Ketiga tentara Jepang tersebut meninggal di tangan tentara Belanda. Mereka ditangkap bersama dua prajurit Indonesia di kawasan Gunung Dora Kecamatan Sucinaraja, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya.

Gunung Dora merupakan tempat persembunyian mereka saat itu. Mereka tertangkap Belanda setelah ada orang pengecut yang membocorkan keberadaan mereka di sana.

Nahasnya, setelah ditangkap itu, ketiganya lantas dieksekusi mati oleh tentara Belanda. Eksekusi itu dilakukan di lapangan Kerkhof, yang kini telah menjadi Sarana Olahraga Merdeka, Kerkhof.

Dua tentara lainnya yang merupakan warga Indonesia, dibawa tentara Belanda ke Bandung.

Yang Chil Seong alias Tanagawa, saat itu sudah memiliki nama Indonesia, yakni Komarudin. Pada saat dieksekusi mati, usianya sekitar 30 tahun. Dia dan dua orang temannya, saat dieksekusi itu menggunakan baju kemeja putih dipadu sarung merah.

"Eksekusinya di hadapan masyarakat," kata Iman Sukirman, penjaga Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Kamis (9/11/2017), dikutip dari kompas.

Dia menceritakan, saat memilih menjadi bagian dari Indonesia, Yang Chil memilih nama menjadi Komarudin. Aoki menjadi Abu Bakar, dan Hasegawa menjadi Usman.

Ketiga tentara Jepang tersebut bergabung dengan pasukan yang diberi nama Pasukan Pangeran Papak. Mereka bermarkas di Kecamatan Wanaraja.

Yang Chil Seong alias Tanagawa alias Komarudin sempat menikahi gadis Wanaraja. Dia bersama pasukan Pangeran Papak, berhasil menghalau tentara Belanda masuk ke Garut, saat agresi militer Belanda yang kedua.

Menurut Iman, berdsarkan sejarah yang diketahuinya, tiga tentara itu memegang peranan kunci menghalau Belanda masuk ke Garut.

Tanagawa, dengan keahliannya membuat bom, berhasil menghancurkan jembatan PTG yang saat ini dikenal dengan jembatan Kerkhof, di jalan Perintis Kemerdekaan. Strategi menghancurkan jembatan itu merupakan strategi dari Aoki dan Hasegawa yang dilaksanakan oleh Tanagawa.

Hampir tiap tahun keluarga Komarudin dari Korea datang ke taman makam pahlawan Tenjolaya untuk berziarah. Terakhir datang Juli lalu. Ada rombongan pelajar Korea yang berziarah. Stasiun televisi Korea pun sempat melakukan liputan dan datang ke Taman Makam Pahlawan Tenjolaya.

Kisah Komarudin alias Tanagawa alias Yang Chil Seong telah dibukukan profesor dari Jepang. Profesor tersebut melakukan riset sejak 2003 hingga 2012 setelah sebelumnya pada 2003, perwakilan Korea dan Jepang berkunjung ke TMP Tenjolaya.
Sejumlah pelajar di makam tiga tentara Jepang pro Indonesia (foto: kbr)
Batu nisan di makam Komarudin saat ini telah diganti menggunakan marmer oleh pemerintah Korea Selatan.

Kepala Staf Kodim 0611 Garut, Mayor Inf Aat Supriatna membenarkan tiga makam berjajar di TMP Tenjolaya adalah tiga orang prajurit Jepang. Ketiganya membantu berjuang Indonesia melawan Belanda, hingga mereka gugur.

"Sosok Yang Chil Seong saja bisa sangat mencintai Indonesia hingga berani berjuang. Kenapa kita sebagai orang Indonesia tidak mencintai tanah kelahiran sendiri," katanya di Taman Makam Pahlawan Tenjolaya Garut.

Selamat Hari Pahlawan. Semoga mereka yang gugur untuk negeri ini, tidak sia-sia pengorbanannya!

Comments